Minggu, 12 Januari 2014
Ayat ke 25-26
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. (11: 25)
Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". (11: 26)
Kedua ayat yang baru kita dengarkan tadi menyinggung risalah Nabi Nuh as serta seruan beliau untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt. Beliau adalah Nabi Ulul Azmi yang pertama, yang bangkit untuk memerangi perbuatan syirik dan penyembahan patung berhala. Akan tetapi meski beliau telah menyeru manusia selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad, namun sangat sedikit manusia yang menyambut seruan tersebut. Nabi Nuh telah memperingatkan umatnya tentang azab Allah yang pedih, namun kebanyakan dari mereka tidak memperdulikannya. Akhirnya dengan kutukan beliau, terjadilah angin topan dahsyat yang melanda sebagian besar permukaan bumi. Hanya orang-orang yang beriman dan naik ke kapal yang dibuat Nabi Nuh yang selamat dalam bencana itu.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masyarakat yang lalai selalu membutuhkan teguran dan peringatan, supaya mereka tersadar dari kelalaian dan kekhilafan.
2. Seruan dan ajakan seluruh Nabi adalah seruan agar manusia hanya menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia dapat terbebaskan dari syirik dan penyelewengan.
Ayat ke 27
Artinya:
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (11: 27)
Dalam sepanjang sejarah telah tercatat betapa para penentang utama seruan para Nabi adalah para kepala dan pembesar umat. Hal ini dikarenakan mereka menganggap risalah para Nabi akan menjadi ganjalan terhadap berbagai kepentingan mereka. Mereka juga merasa apabila masyarakat menerima seruan para Nabi, maka tidak ada lagi orang-orang yang akan taat dan tunduk kepada mereka, sehingga dengan demikian dominasi kekuasaan mereka akan lenyap.
Ayat tadi mengatakan, "Dalam menghadapi seruan dan peringatan Nabi Nuh as, para pemimpin orang-orang kafir itu berusaha mengecilkan Nabi Nuh dengan mengatakan bahwa Nabi Nuh hanyalah manusia biasa seperti mereka. Mereka juga merendahkan para pengikut Nabi Nuh dengan menyebutkannya sebagai orang-orang yang hina dan lekas percaya."
Dalam menanggapi celaan dan hinaan orang-orang kafir itu, para nabi mengatakan, "Memang benar, kami adalah manusia seperti kalian, bukan malaikat, bukan pula anak Tuhan. Perbedaan antara kami dan kalian adalah kami mendapatkan wahyu dari Allah, dan kami memiliki tugas untuk menyampaikan firman Allah itu kepada kalian, serta memberi peringatan kepada kalian."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menghina, menanggap kecil, atau meremehkan para pengikut kebenaran adalah metode yang dipakai oleh orang-orang yang tidak bersedia menerima hakikat dan kebenaran tersebut.
2. Orang-orang yang tidak banyak terbelenggu oleh kenikmatan dunia dan hidup sederhana biasanya akan lebih cepat menerima seruan para Nabi. Sebaliknya, orang-orang yang hidup bermewah-mewah dan sombong biasanya berada di barisan terdepan dalam menentang para Nabi as.
Ayat ke 28
Artinya:
Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" (11: 28)
Dalam menghadapi para penentangnya, Nabi Nuh as mengatakan, "Sekalipun aku adalah manusia seperti kalian, akan tetapi aku memiliki dalil dan hujjah dari sisi Allah. Aku memiliki mukjizat yang membuktikan kebenaran seruan dan dakwaanku, selain argumen dan dalil-dalil yang jelas untuk menyeru dan mengajak kalian agar menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik. Setiap manusia yang berakal akan dapat menerima dan memahami argumen dan dalil-dalil tersebut. Apa yang kuserukan ini bukan dari sisiku sendiri, karena aku tidak mengajak kalian untuk menuju kepadaku, akan tetapi kepada jalan Allah Swt. Dia dengan anugerah dan kelembutan-Nya telah mengutus aku untuk mengemban risalah dan menyampaikan agama-Nya. Namun apabila kalian menungguku untuk memaksa kalian agar beriman kepada Allah, maka ketahuilah bahwa hal itu tidak benar, karena pemaksaan sama sekali tidak sesuai dengan hikmah Allah.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dakwah dan seruan para Nabi senantiasa disertai dalil dan argumentasi yang jelas, dan bukan semata-mata pernyataan kosong yang tidak berdasar atau jauh dari logika.
2. Manusia bebas dalam memilih agama dan mazhab, tak seorangpun berhak memaksa manusia dalam beriman dan menentukan agama. (IRIB Indonesia)
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ (25)
أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ
يَوْمٍ أَلِيمٍ (26)
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. (11: 25)
Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". (11: 26)
Kedua ayat yang baru kita dengarkan tadi menyinggung risalah Nabi Nuh as serta seruan beliau untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt. Beliau adalah Nabi Ulul Azmi yang pertama, yang bangkit untuk memerangi perbuatan syirik dan penyembahan patung berhala. Akan tetapi meski beliau telah menyeru manusia selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad, namun sangat sedikit manusia yang menyambut seruan tersebut. Nabi Nuh telah memperingatkan umatnya tentang azab Allah yang pedih, namun kebanyakan dari mereka tidak memperdulikannya. Akhirnya dengan kutukan beliau, terjadilah angin topan dahsyat yang melanda sebagian besar permukaan bumi. Hanya orang-orang yang beriman dan naik ke kapal yang dibuat Nabi Nuh yang selamat dalam bencana itu.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masyarakat yang lalai selalu membutuhkan teguran dan peringatan, supaya mereka tersadar dari kelalaian dan kekhilafan.
2. Seruan dan ajakan seluruh Nabi adalah seruan agar manusia hanya menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia dapat terbebaskan dari syirik dan penyelewengan.
Ayat ke 27
فَقَالَ
الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا
مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا
بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ
نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ (27)
Artinya:
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (11: 27)
Dalam sepanjang sejarah telah tercatat betapa para penentang utama seruan para Nabi adalah para kepala dan pembesar umat. Hal ini dikarenakan mereka menganggap risalah para Nabi akan menjadi ganjalan terhadap berbagai kepentingan mereka. Mereka juga merasa apabila masyarakat menerima seruan para Nabi, maka tidak ada lagi orang-orang yang akan taat dan tunduk kepada mereka, sehingga dengan demikian dominasi kekuasaan mereka akan lenyap.
Ayat tadi mengatakan, "Dalam menghadapi seruan dan peringatan Nabi Nuh as, para pemimpin orang-orang kafir itu berusaha mengecilkan Nabi Nuh dengan mengatakan bahwa Nabi Nuh hanyalah manusia biasa seperti mereka. Mereka juga merendahkan para pengikut Nabi Nuh dengan menyebutkannya sebagai orang-orang yang hina dan lekas percaya."
Dalam menanggapi celaan dan hinaan orang-orang kafir itu, para nabi mengatakan, "Memang benar, kami adalah manusia seperti kalian, bukan malaikat, bukan pula anak Tuhan. Perbedaan antara kami dan kalian adalah kami mendapatkan wahyu dari Allah, dan kami memiliki tugas untuk menyampaikan firman Allah itu kepada kalian, serta memberi peringatan kepada kalian."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menghina, menanggap kecil, atau meremehkan para pengikut kebenaran adalah metode yang dipakai oleh orang-orang yang tidak bersedia menerima hakikat dan kebenaran tersebut.
2. Orang-orang yang tidak banyak terbelenggu oleh kenikmatan dunia dan hidup sederhana biasanya akan lebih cepat menerima seruan para Nabi. Sebaliknya, orang-orang yang hidup bermewah-mewah dan sombong biasanya berada di barisan terdepan dalam menentang para Nabi as.
Ayat ke 28
قَالَ
يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي
وَآَتَانِي رَحْمَةً مِنْ عِنْدِهِ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ
أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنْتُمْ لَهَا كَارِهُونَ (28)
Artinya:
Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" (11: 28)
Dalam menghadapi para penentangnya, Nabi Nuh as mengatakan, "Sekalipun aku adalah manusia seperti kalian, akan tetapi aku memiliki dalil dan hujjah dari sisi Allah. Aku memiliki mukjizat yang membuktikan kebenaran seruan dan dakwaanku, selain argumen dan dalil-dalil yang jelas untuk menyeru dan mengajak kalian agar menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik. Setiap manusia yang berakal akan dapat menerima dan memahami argumen dan dalil-dalil tersebut. Apa yang kuserukan ini bukan dari sisiku sendiri, karena aku tidak mengajak kalian untuk menuju kepadaku, akan tetapi kepada jalan Allah Swt. Dia dengan anugerah dan kelembutan-Nya telah mengutus aku untuk mengemban risalah dan menyampaikan agama-Nya. Namun apabila kalian menungguku untuk memaksa kalian agar beriman kepada Allah, maka ketahuilah bahwa hal itu tidak benar, karena pemaksaan sama sekali tidak sesuai dengan hikmah Allah.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dakwah dan seruan para Nabi senantiasa disertai dalil dan argumentasi yang jelas, dan bukan semata-mata pernyataan kosong yang tidak berdasar atau jauh dari logika.
2. Manusia bebas dalam memilih agama dan mazhab, tak seorangpun berhak memaksa manusia dalam beriman dan menentukan agama. (IRIB Indonesia)
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
- Unknown